Minggu, 28 Juni 2009

FACEBOOK DAN CHATTING...

Chatting...

Ehm...sejak jaman MIRC jadi cerita, and Y!M jadi berita (halah..bahasane), saya nggak pernah tertarik sama chatting. Kenapa ya... tapi gak tertarik aja. MIRC bagi saya sama sekali gak ada sisi menariknya, ngomong ngalur ngidul sama orang gak jelas, buang-buang waktu, belum lagi kalau sapaan pertama saat chatting “wanna ML?”, euh...giLOooooo! (plus hasrat pengen nendang tuh orang, dasar! Gak beriman....)

Kalau Y!M masih rada mending, kadang saya masih mau YM-an sama sodara2 yang diluar Jogja ato di luar negeri, ato sama temen2 deket yang udah tahu karakteristik bahasa saya. Saya mau YM-an. Tapi kalo sama temen kenal biasa2 aja, biasanya saya pasang status idle ato off sekalian. Ini bukan antipati atau apa sih, cuma selera aja. Dan kenapa selera saya begitu? Soalnya saya orang Padang, halah gak nyambung. (lagian sejak kapan saya jadi orang Padang? Ngaku-ngaku..). Soalnya saya prefer ke blog, email, milis atau yah..pokoknya yang bisa nulis panjang lebar gitu deh. First thing guys, dengan nulis panjang saya bisa lebih leluasa untuk diskusi, deliver ide2 saya, jelasin sampe ke titik2 tak terlihat, jadi saya bisa tuntas njelasin sesuatu.. dan bikin saya menjelaskan sesuatu dengan lebih structurize. Nah ini, yang nggak diakomodasi sama situs2 buat chatting tadi. Second, bisa ada proofreading (koreksi) yang jelas. Beda kalo di chatting. Semisal kita salah bicara, salah kasih argument, salah ucap, n stuffs, ngeralat nya gak bisa sebebas email atau blog2an. Bisa ada dua pilihan, langsung ngirim essay panjang lebar ke temen kita itu meskipun di nggak OL, ato nunggu dia OL biar lebih efisien jelasin kesalahan kita. Third, kita bisa ngasi comment dengan lebih ready, spontanitas kadang bisa bikin kita salah ucap ato kebawa emosi. While kalau nulis email ato ngeblog kan bisa pikir-pikir panjaaaangg.. ^-^. Tapi guys... ni just personal judgemnent sih, saya emang dari dulu punya tendensi negatif (??) dengan segala sesuatu hal yang berbau spontanitas. Misalnya hal sepele kayak ngangkat telpon. Deuhhh.... saya mungkin orang yang paling malas ngangkat telpon (haha, maafkan aku para penelpon setiakuhh.. xD). Saya nggak suka aja gitu kalau di telpon-apalagi kalu di misKol2 sama nomor yang nggak ada di contact, hmmh..mpe jengkol jadi jagung bakar juga nggak bakal saya angkat tuh! (eh, sejak kapan jengkol bisa jadi jagung bakar???). Biasanya saya ngangkat telpon dari abi, ummi (weits..nyebutnya abi ummi, bisane simbok karo bapak...haha), atau temen2 saya, atau dosen saya (dosen bisa nelpon juga toh?), atau dalam exception case yang memang harus diangkat telponnya. Saya masih mau ngangkat telpon. Saya prefer smsan, bisa mikir dulu, bisa disambi kerja lainnya, etc.


Face Book...

Hmm, for thousand times orang tanya, “Hus, Fb mu apa sih??”. Dan saya dengan setia menjawab, “sorry men...nggak jamannya pake Fb” (meskipun saya juga nggak tahu sekarang pentesnya jaman apa..haha). Asumsi ketidaksukaan saya ada banyak. Pertama, mungkin karena saya sudah bosan dengan situs jejaring sosial kayak gitu. Sejak 'friendster' lahir, sampe 'my space' ulang tahun, and 'tagged' udah remaja... saya sudah pernah menikmatinya. Dan saya punya prasangka yg sama dengan Fb, bahwa endingnya akan sama. Saya pernah sangat puas ikut social networking kayak gitu, saya dulu kan sempet part time jadi OP warnet n lumayan lama juga n...tiap hari ngadepin nyang begituan...jadi jenuh deh. Meskipun begitu banyak orang memahamkan saya (nggak banyak juga sih, paling2 kakak2 saya yang di luar Jogja yang ngotot nyuruh saya bikin Fb) bilang kalo Fb itu beda, lebih simple, banyak manfaatnya dan de el el, kayak yg dibilangin di sini, saya tetep aja berprasangka kayak gitu. Not to mention juga saya merasa jejaring kayak gitu bikin waktu kita tersedot banyak, mending buat baca buku (weits), nambah hafalan (weits, weits..), atau ibadah2 lainnya (weits, weits, weits....100x). Saya lebih seneng langsung ketemuan aja deh, ngobrol langsung. Not to mention juga katanya Fb itu gini. Sedikit banyak bikin saya agak ilfil jugaa...walopun itu bukan alasan utama siihh

Jadi, kesimpulannya,


LANJUTKAN!!!!

*diiringi dengan lemparan sandal JK dan Megawati*

DILUPAKAN ATAU TERLUPAKAN..??

Ah..saya kangen banget pengen ngeblog!!!!!!

Ujian masih 2 hari lagi, besok, sertifikasi...besoknya lagi tes bakat,,tapi, tak apa lah, Insya Alloh besok Shubuh bisa dikebut.hehe (bagi yang mau tau resep dapet IPK bagus(ehm..) belajarlah subuh2...dijamin masuk semua, asoyyy pokoknya!)

Ok2,, jadi saya ingin memposting sesuatu yang ndangdut tapi ngeroCk, alah...haha, opo toh..maksude.Ehm,ehm...starting:


HAL APA YANG SERING KAMU LUPAKAN SAAT KAMU SIBUK???

Misalnya saat tugas kuliah yang bergunung, deadline kerja yang bikin kamu kayak dikejar anjing gila, tugas organisasi yang bikin indomie gak kriting lagi (haa..), atau mungkin yang paling yahuttt...tugas dakwah yang seluas samudera biru memanggil-manggil namamu?


Well, itu adalah pertanyaan pembuka yang saya ajukan ke teman2 saat ada kultum kecil2an di kelas.


Jawaban nya? Colourful.

Ada yang lantang banget njawab: “Kurang bersyukur!!”.

Ehm, ok, nyang laen??”kataku...

Kurang ibadah..sholat gak tepat waktu (atau sekalian nggak sholat..T . T) jarang ngaji, lupa diri, lupa waktu, nggak mandi...”

Wah batinku...jujur banget nih buka aib ndiri. Gyahaha...

Yah, pokoknya macem-macem, ada juga yang jawab....”jadi gak belajar, gak bisa maen, gak bisa seneng2, de el el..But::::::::::: >>>>>> they have one similarity. Ada kesamaan dalam jawaban2 mereka. Apa itu??? Yak, mereka memikirkan sesuatu untuk DIRI mereka sendiri. See? Ex: ibadah yang menurun (individual case kan?), kurang bersyukur, gak bisa seneng2 (hmm, palagi ini). Yak, point kesamaan mereka ada pada hal itu. PADAHAL.....sesuatu yang amat penting dilupakan.... atau mungkin....terlupakan?????


Dan apa hal penting itu guys???


8 huruf saja........


a-u-t-g-n-a-r-o (baca dari belakang....^-^)


YA! BIRUL WALIDAIN. Berbakti pada orangtua. Kita lupa itu.

Kita lupa untuk sekedar menanyakan kabar mereka di saat jam-jam sibuk kita. Kita tak tahu masalah yang mengganjal hati mereka di saat kerja-kerja dakwah kita. Kita tak mempriorotaskan ayah dan ibu saat relasi kerja memanggil, atasan memberi tugas, teman ingin curhat... Kita tak tahu, penyakit apa yang sedang berjalar menggerogoti tubuh yang menua itu. Tak tahu. Sengaja DILUPAKAN atau TERLUPAKAN? Dua sufiks yang bermakna berbeda. Dilupakan berarti kita dengan sadar melakukan sesuatu untuk menjadi lupa. Terlupakan, yang bisa berarti, tak sengaja lupa...


*****************Tapi bagi saya, kedua hal itu sama sadisnya.*******************


Dilupakan. Perkara orangtua memang sengaja dilupakan, Naudzubillah. Sombong banget orang yang merencanakan kayak gini.

Terlupakan, karena sibuknya kerjaan. Sama parahnya. Sebegitu tak ada waktunya kah kita hanya untuk sekedar sms 2 menit?


Padahal sejak jaman kita ini masih sel sperma dan ovum , terus tumbuh besar, berkembang....sampai segedhe sekarang, ayah dan ibu adalah orang yang memiliki intensitas paling besar untuk berpengaruh dalam hidup kita. Dan begitu juga kita, anak memiliki intensitas besar untuk mempengaruhi hidup orang tuanya. Bagaimana tidak? Mulai dari bayi, ayah dan ibu kita selalu 'ditemani' dengan rengekan2 kita, saat lapar, ingin makan, ingin pipis, dll. Hidup orang tua didedikasikan untuk kita. Berlanjut saat remaja, saat mulai muncul konflik2 dengan orang tua. Saat kita mulai lebih sering berinteraksi dengan teman dibanding dengan ayah dan ibu. Ayah dan ibu mulai beradaptasi agar 'tidak terlalu terlihat mendedikasikan hidupnya pada kita'. Ayah ibu selalu siap menjadi objek kebohongan-kebohongan kecil yang kita lakukan saat remaja, ayah dan ibu siap menjadi pangkalan militer berlindung saat bom-bom masalah membombardir kita. Mereka selalu membantu, dengan cara mereka sendiri. Yah, dan bahkan nanti sampai saatnya kita menikah, ayah dan ibu TETAP mendedikasikan hidupnya dengan hati-hati menikahkan anaknya, mencarikan jodoh yang cocok agar kita bahagia dunia akhirat....Begitu banyak, banyak, dedikasi orang tua pada kita....


Lalu, apakah akan kita nomor duakannya dengan tugas-tugas dasyat yang hanya muncul dalam periode-periode tertentu dalam hidup kita? Semoga tidak ya teman. Ayah dan Ibu- menurut saya- pasti sangat merindukan saat kita pergi menuntut ilmu jauh dari mereka, berumah tangga dan pergi dari mereka, berkativitas sampai melupakan mereka..Bagaimana tidak? Setelah begitu lama disibukkan dengan diri kita, lalu kita pergi. Tentu saja rasa kehilangan itu ada.



Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. “ (QS. Luqman: 14)


Hmm...yaya..

Bagaimana kalau orang tua kita tidak sebaik kata-kata saya di atas tadi. Gak peduli dengan anaknya misalnya? Menganiaya anaknya? Membuang anaknya? Naudzubillah...Semoga anak-anak ini tetap diberi ketegaran dan diberi jalan yang lurus....Amiiiinnn. Izinkan saya mengutip ayat ini:


Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula” (QS Ar-Rahman: 60)


Subhanalloh...Allah mengajarkan kita untuk tetap berbuat baik. Apa salahnya? Karena pada akhirnya, kebaikan pula yang akan kita terima...


...Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”(QS. Al Zalzalah: 7-8)

Jadi..kenapa kita musti meragu? Dan terbelenggu dengan rasa amarah....Allah telah berfirman, dan PASTI, janji-janji itu akan benar2 ditepati-Nya.

Bahkan saat orang tua kita kafir sekalipun....kita harus tetap berlaku baik, walau berbeda pandangan...

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Hmmm. Jadi mari.. kita perhatikan hal yang sangat urgent ini. Tak akan cukup kita membalas budi ayah dan ibu. Dan tak seharusnya juga ayah dan ibu minta ganti rugi. Tapi, untuk bertanya kabar...bukankah tak susah kawan?





Satu hal lagi kawan...kata2 yang saya sukai:

-Orang perlu alasan untuk membunuh, tapi untuk menolong...perlukah alasan??- Shinici Kudo

Hmm, yaya, perlukah sejuta alasan bagi kita untuk menolong membahagiakan orang tua kita???



*sebenernya ini proyeksi dari aku sendiri sih... Astaghfirullahal'adziim...Jazakumullah khairan katsir Ya Ummi..ya Abi...*