Selasa, 28 April 2009

ILMIAH..??

Well, para pembaca (if any) dibawah ini adalah abstrak/ latar belakang dari beberapa karya tulis n proposal yang udah pernah ku kerjain. Firstly, adalah abstrak dari karya tulis ku bersama mbak Eva, n mbak Husnul (mirip ya ma namaKu...hehe). Secondly adalah latar belakang dari PKM yang aku ikut ngerjain (waktu bikin proposalnya nggak sih, i just join in its practical level after PKM nya dapet dana dari DIKTI), nah yang bikin PKM aslinya mbak Lintang, mb Puput, ms Aziz, n ms Sadimin (karena 5 sekawan kekhuranganh pesyerta juadhi syaya diajagh turrhhut seRhtha—cinta laura mode: on-----hehe). Nah kalo yg terakhir adalah LB dr PKM ku bersama teh anggi, mb Via, Laely, n Nurul yang karena kurang maK nyossHh idenya jadi ditolaK sama DIKTI (hukZ...broken heart euy), tapi menurutku tetep Oke geto...that's why, tetep Q publish (hahahahahh----gendruo mode: on).


Then....cHek it out prEnd!^^


1st..........................................................................................................


ECOLOGICAL FRAME WORK SEBAGAI MODEL PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP ISTERI


RINGKASAN


Kekerasan dalam rumah tangga masih kerap terjadi terutama kekerasan terhadap isteri. Hal ini bahkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tindak kekerasan ini disebabkan oleh beberapa faktor baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun hukum. Dampak dari tindak kekerasan terhadap isteri menimbulkan gangguan fisik, psikologis, gangguan pada aspek ekonomi dan sosial bahkan gangguan perilaku yang negative seperti rasa ingin bunuh diri.

Berbagai upaya penanganan telah dilakukan melalui beberapa lembaga swadaya masyarakat melalui pendampingan dan pelatihan namun masih belum memberikan hasil yang maksimal untuk mengurangi tindak kekerasan dalam rumah tangga terutama kekerasan terhadap isteri. Pemerintah juga telah membuat kebijakan-kebijakan dan pendampingan hukum Hal ini mendorong penulis mengajukan konsep ecological framework sebagai model yang sesuai dengan kondisi individu yang menjadi korban dalam tindak kekerasan.

Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman konsep ecological framework dalam upaya mencegah tindak kekerasan terhadap isteri. Ecological framework diharapkan dapat memeberikan wacana dan masukan bagi korban tindak kekerasan dalam menyikapi berbagai permasalahan yang ada.

Karya tulis ini adalah kajian perpustakaan dengan menggunakan metode penulisan deskriptif. Pengumpulan informasi dilakukan dengan cara membaca dan mengutip tulisan dari referensi yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pengolahan data dilakukan dengan cara analisis sintesis yang hasilnya ditulis secara sistematis. Tahap akhir adalah penulisan kesimpulan dan saran. Penulis memperoleh keterangan bahwa ecological framework merupakan upaya dalam mencegah tindak kekerasan secara komperehensif melalui tingkatan individu, hubungan personal, faktor sosial, struktural kemasyarakatan, struktural global/ internasional.

Kekuatan ecological framework dalam kaitannya dengan pencegahan tindak kekerasan yakni memberikan upaya yang menyeluruh sehingga pihak yang diberikan pendampingan dan pelatihan tidak hanya individu yang menjadi korban namun juga bersamaan diberikan pada komunitas sosial yang terdapat di sekitarnya baik itu keluaraga, pasangan, sahabat, lingkungan masyarakat sekitar, hingga pada structural kemasyarakatan yang ada. Dan pada tingkatan yang terakhir yakni pada structural global/ internasional. Jadi dengan suatu runtutan pendampingan, konseling, dan pelatihan pada tiap-tiap tingkatan yang ada, ecological famework diharapkan mampu memberikan penyadaran pada segenap pihak yang berada pada tingkatan-tingakatan tersebut dan tidak hanya pada individu korban tindak kekerasan.

Penerapan ecological framework dapat dilakukan melalui berbagai tingkatan baik dari isteri sebagai korban tindak kekerasan, lingkungan kerabat dan lingkungan sosial yang merupakan struktur pengontrol yang dapat membantu mengawasi terlaksananya program yang telah direncanakan. Secara tidak langsung tingkatan-tingkatan tersebut merupkan elemen pengontrol dan pelaku yang nantinya akan memeberikan kontribusi positif bagi korban tindak kekerasan.

Penulis memberikan saran agar pelaku dan korban tindak kekerasan dapat menerapkan konsep ecological framework sepanjang proses penanganan tindak kekerasan. Diperlukan pula dukungan keluarga, hubungan sosial dan masyarakat setempat , serta pemerintah dalam menerapkan konsep tersebut agar dapat mencegah tindak kekerasan yang terjadi.


Key word: ecological framework, kekerasan dalam rumah tangga, isteri


2nd.........................................................................................................

KELAS ANTI KORUPSI”

PROGAM PENDIDIKAN MORAL BAGI REMAJA

BERBASIS LOGOTHERAPY


Dalam kurun waktu 2004-2007, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan menghitung bahwa Indonesia mengalami kerugian hingga Rp 12,2 triliun. Kerugian yang berindikasi korupsi hampir Rp 2 triliun. Berdasarkan hasil audit investigasi BPKP selanjutnya, kerugian negara itu terdiri atas 636 kasus tindak pidana korupsi senilai Rp 1,9 triliun, 1.876 kasus bukan tindak pidana korupsi sebesar Rp 1,2 triliun, dan 1.266 kasus kesalahan manajemen anggaran sejumlah Rp 9,1 triliun. Adapun sekitar 75 persen dari kasus berindikasi korupsi itu berkaitan dengan proyek pengadaan barang dan jasa pemerintah (Majalah Tempo, 23 November 2007). Sebuah pernyataan menarik, pada akhir dasawarsa 1990-an, salah satu jurnal terkemuka di Amerika, Foreign Affairs, mengatakan bahwa korupsi telah menjadi way of life di Indonesia (http:/kangalimursyid.blogspot.com).

Sejalan dengan itu, sistem pendidikan Indonesia yang berkaitan dengan pembinaan moral dan spritual nampaknya baru menyentuh dari aspek kognitif saja, namun belum menyentuh dalam tataran afektif para generas muda saja. Berbagai pernyataan, laporan, berita dan fakta mengenai korupsi, sesungguhnya mengindikasikan adanya persoalan yang amat serius di tingkat nasional dan daerah dalam menghadapi bahaya laten korupsi. Sayangnya, meski dari berbagai temuan dan studi terbukti bahwa prevalensi di Indonesia tergolong paling tinggi, akan tetapi langkah-langkah yang mengarah pada upaya pemberdayaan serta pendidikan masyarakat dalam memberantas wabah korupsi masih jarang dilakukan. Sejumlah studi, laporan, ataupun tulisan mengenai tindak korupsi memang telah banyak dilakukan dengan berbagai perspektif dan sudut pandang, namun sayangnya masih jauh dari upaya pendidikan dan pemberdayaan masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

Upaya mendidik, memberdayakan dan membangkitkan kesadaran mengenai betapa krusialnya persoalan korupsi jelas merupakan sesuatu yang mendesak dilakukan. Warga masyarakat yang sadar dan memiliki pemahaman yang cukup tentang korupsi adalah landasan yang sangat penting bagi usaha menekan derasnya arus korupsi. Karena itu, kunci penyelesaian kasus korupsi di Indonesia adalah pendidikan anti korupsi.

Pendidikan anti korupsi sangat diperluan karena sistim berpikir kita sudah menempatkan soal korupsi sebagai kondisi yang sudah lumrah, begitu dominannya perbuatan korupsi melingkupi kita dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu penddikan anti korupsi berbasiskan konsep logotherapy menjadi sebuah tawaran tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Pemahaman mengenai korupsi dan bahaya tidak dapat diberikan sebatas teori dalam hal peningkatan dari aspek kognitif saja, namun hendaknya diarahkan pada aspek psikomotorik dan afektif.

Konsep logotherapy sebagai usaha membangun idealisme generasi muda terhadap gerakan anti korupsi ini menggunakan penyadaran asas hidup yang bermakna ditandai dengan eksistensi adanya nilai kerohanian, kebebasan, serta tanggung jawab. Sebagai motivasi dasar manusia, hasrat untuk hidup bermakna ini mendambakan manusia menjadi seorang yang berharga dan berarti (being some body) dengan mengisinya dengan nilai-nilai yang bermakna dan memiliki nilai-nilai bersikap (Attitudinal Values) untuk tidak menerima korupsi. Remaja diarahkan untuk memiliki harapan bahwa korupsi di Indonesia yang telah membudaya akan sedikit demi sedikit hancur dengan memberikan keyakinan kepada mereka, bahwa merekalah generasi harapan bangsa. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukanlah stimulasi pelatihan anti korupsi berlandaskan konsep logotherapy sebagai usaha preventif membngun moral generasi muda dalam rangka menghadang budaya laten korupsi di Indonesia. Untuk itu, penulis menawarkan sebuah program pendidikan moral bagi remaja menggunakan pendekatan psikologi untuk menyentuh konsep diri remaja.










3...........................................................................................................


Peningkatan Minat Baca Remaja Binaan Berbasis Persahabatan Melalui Society Library di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta.



Peningkatan minat baca merupakan hal yang sangat penting untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Remaja sebagai pionir dan generasi penerus bangsa diharapkan memiliki kualitas SDM yang baik sehingga mampu membantu proses pembangunan bangsa Indonesia karena eksistensi masyarakat merupakan modal dasar dalam pembangunanan. Namun, aktivitas membaca terutama membaca buku ataupun media cetak lainnya, belum menjadi suatu kebutuhan dan budaya bagi masyarakat Indonesia.

Dibanding media pembelajaran audiovisual, buku dan media cetak lainnya lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi seseorang karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna.1 Buku merupakan media yang simpel dibandingkan dengan media yang lain serta merupakan 'bahan dasar' bagi berbagai macam karya (cipta, rasa dan karsa) yang diolah melalui akal pikiran manusia.

United Nations Development Programme (UNDP) menjadikan angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) sebagai suatu barometer dalam mengukur kualitas suatu bangsa. Berdasarkan laporan UNDP dalam “Human Development Report 2003 bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks – HDI) di Indonesia menempati urutan yang ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Disamping itu berdasarkan beberapa hasil studi dan laporan United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa kekurangmampuan anak-anak dalam bidang matematika dan bidang ilmu pengetahuan, serta tingginya angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) di Indonesia adalah akibat membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan menjadi budaya bangsa.2 Perlu adanya program yang inovatif, kreatif, serta lebih mengena pada sasaran. Program Peningkatan Minat Baca Remaja Binaan Berbasis Persahabatan Melalui Society Library di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta hadir untuk menjawab persoalan tersebut. Proses pengembangan minat baca ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek psikologis remaja yakni dengan pengelompokan sesuai dengan teman sebaya (peer group) karena teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat dalam pengembangan diri remaja.3 Konsep Society Library diharapkan dapat menjadi wadah bagi pengembangan minat baca remaja dan mendorong masyarakat Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta untuk berpartisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan perpustakaan tersebut.

Program Peningkatan Minat Baca Remaja Binaan Berbasis Persahabatan Melalui Society Library di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta dapat menjadi program percontohan yang bermafaat bagi masyarakat luas terutama dalam pembinaan remaja di suatu komunitas, wilayah, atau desa. Sekitar 75 % remaja di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta tengah mengenyam pendidikan menengah atas, 20% adalah siswa sekolah menengah pertama dan bagian kecil lainnya bekerja. Meskipun sebagian besar dari remaja di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta adalah pelajar aktif yang seharusnya menjadikan buku dan perpustakaan sebagai bagian penting hidupnya, namun tidak berbeda dari kondisi remaja pada umumnya dimana minat membaca jauh dari kategori sebuah kebutuhan hidup. Potensi Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta cukup mampu untuk diterapkannya Program Peningkatan Minat Baca Remaja Binaan Berbasis Persahabatan Melalui Society Library. Hal demikian dapat dilihat dari kondisi sosial yang kental dengan kekeluargaan, perekonomian yang cukup stabil, lingkungan kondusif, adanya tata tertib yang rapi serta tersedianya tempat-tempat yang cukup memadai untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan.


................................................................................................................................................................


Sekian para PembaCa. Perhaps, I can publisH more about my scientific PaPer (I hearD that BEM will held an EssaY competition, well, I'll join n...sOon I'll publish it in de BlOgh.Let see how it'll worK.). ThAnks foR reaDing, aNy cOmment will Be beTter...^.^. JaZAKumULLah pReNd.


1 Penerbit Erlangga, Read to Change ; Membahas Tentang Pentingnya Membaca,

http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=211&Itemid=92


3 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1980, hal. 213


Tidak ada komentar: