Rabu, 15 Desember 2010

ADA KARET MESIN...???

Siang itu tidak panas, basah malah. Agaknya pendapat salah seorang teman saya kalau saya itu koleris-melankolis ada benarnya. Buru-buru saya menghapus bulir-bulir mata yang sudah siap jatuh itu setelah melihat samping kanan dan kiri saya.

Tidak ada satupun yang menangis! Padahal gigi saya sudah saling beradu menahan air mata supaya tidak keluar..

Siang itu, di teras sebuah rumah di Pundong Bantul, kami.. beberapa asisten penelitian dosen, bertatapmuka dengan para calon subjek penelitian kami..Para penca, alias: penyandang cacat.

Cacat akibat gempa.

Dan pertemuan itu yang membuat hati saya terenyuh. Dan riak-riak semangat yang mulai mengering ini...basah kembali karena mereka..Saya...ah. saya merasa jadi makhluk yang paling ga mutu rasanya.

Bincang-bincang siang itu lebih mirip forum curhat mereka pada kami..

“Ya.. kalau yang cacat habis gempa itu.. biasanya masih minder mbak, rasa mindernya jauh lebih gedhe gitu..”

Atau...

“Kalau saya sih wes ra minder atau malu-malu mbak. Tapi ya pekerjaannya yang serabutan, lha wong cacat begini. Ya ndak bisa seperti dulu lagi. Ndak bisa kerja di tempat saya dulu kerja.”

Tapi ada satu kisah yang memicu air mata saya jadi tumpah ruah dan ‘sentrap-sentrup’ mendadak “flu” (baca: ingusan). Seorang bapak bercerita tentang pengalamannya, mencari karet sebauh mesin di sebuah jalan panjang di Jogja. Sebuah jalan besar yang samping kanan-kirinya banyak jual perkakas mesin dan motor di Jogja. Begini beliau bercerita:

“Waktu itu mbak.. saya sudah cacat, dan sudah pakai kruk (alat bantu jalan). Pas itu.. saya baru sampai depan etalase, baru mau tanya itu....eh tiba-tiba sudah ada pegawai tokonya yang deketin saya. Saya baru saja mau buka mulut dan bilang..”ada jual karet mesin ini...” tapiii walahhh... bukannya sempet ngomong, tangan saya malah dipegang dan dirogohi (dikasi)...RECEHAN. Saya meringis sendiri..ha..Lalu saya bilang, “nuwun sewu mas..kulo mboten pengemis, nanging arep tuku karet mesin...” (permisi mas, saya bukan pengemis..tapi mau beli karet mesin..) lalu singkat cerita mas-mas yang ngasi recehan tadi buru2 minta maaf dan mencarikan karet mesin yang diminta Bapak itu.

Hupfh..

Tahukah kawan, cobaannya tidak hanya sampai di situ...Barang yang dicari sang bapak tidak ada, katanya karet mesin jenis itu memang agak susah dicari. Alhasil bapak itu, dan tentu saja dengan kruknya, berjalan penuh payah daris satu toko ke toko yang lain, di sepanjang jalan XX itu.

Dan tahukah apa yang terjadi...

Semuanya.

Semua toko yang beliau masuki hingga ujung jalan sana.., berlaku hal yang sama.

MEROGOHI BELIAU DENGAN RECEHAN!

Astaghfirullah...saya menahan napas saat mendengar cerita beliau.

“elah mbak.. paling rupo (wajah) saya ini emang mbakat kayak pengemis yaa, apalagi pake kruk segala..hahaha.”

Tik..tik... Dan saya menangis.

“eh tapi mbak... saya sudah biasa begitu. Diperlakukan begitu ya sudah tidak apa-apa. Lha memang begini adanya to..mau bagaimana. Paling ora.... berarti podo mesakke, tur isih peduli karo wong-wong kaya ngene...(berarti masih pada kasihan dan peduli sama orang2 kaya gini).”

Dan bapak itu menambahi lagi kata-kata bijaknya..

“Tau ndak mbak, kalau uang2 itu saya kumpul.. ada lho sampai 50 rb! Lumayan juga tho.haha. Tapi saya nggak mau menerima. Nanti jadi terbiasa begitu. Saya bukan pengemis. Saya masih bisa berbuat banyak. Nggak mau hidup dari yang seperti itu...”

Haaaaaaaaaaaaahhhh... saya maluu..... sungguh!

Tiba-tiba saya ingat. Andaikan Gayus dan kawan2 bejatnya yang korup itu dengar! Betapa nilai kemanusiaan mereka, berada di level yang jauuuhhhh dari si bapak yang cacat ini!
Yang bahkan tidak mengenyam pendidikan di kampus2 favorit seperti mereka..

Kampus mereka adalah hidup ini. Idealisme mereka tidak runtuh gara-gara dunia!

Dan siang itu, aku melihat para pahlawan bangsa. Yang masih memperjuangkan nilai kemanusiaanya. Yang masih menghormati Tuhannya, dengan bersyukur.. atas segala kebaikan... dan bahkan kekurangan yang diberikan Tuhannya.

Yang tidak melulu mengeluh meski sudah berpeluh.

Yang tetap tersenyum, dan tertawa lepas... MENGHADAPI ANUGERAH HIDUP DARI SANG PENCIPTA

“bahagia itu.. saat kamu bisa menerima dan merasa cukup dengan segala yang ada di dalam hidupmu..”

“ dan Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan........”


SATU TAHUN YANG LALU.....

“Begitu mbak.. menurut mbak bagaimna?” tanyaku pada seorang mbak-mbak tentang sebuah permasalahan di suatu sore, usai rapat PH kampus.

Lalu mbak itu pun menjawab, “tahu nggak husni.. pertanyaan ini pernah anti sampaikan..satu tahun yang lalu... Ingat??”

JDERRRR,....!!!

Saya bagai disambar kilat.

“masa sih mbak...?” tanyaku separuh menyangkal.

“Iya...apa kasus ini dengan orang yang sama...?” kata si mbak.

“Nggak tau mba..husni bener2 lupa. Mmm.. kayaknya beda kok. ” jawabku, tak yakin.

“sudahlah husni...jika memang dia memilih begitu, dan sangat susah berubah.. ikhlaskan saja. Hidayah itu tetep Allah yang kasih, kita cukup berusaha, berikhtiar.. Energi dan pikiran kita akanhabis untuk memikirkannya. Dan malah adik2 lain yang harusnya juga dibina, malah jadi nggak terarahkan...”ujar si mbak dengan rada serius.

Dan saya hanya bisa terdiam. Sibuk dengan pikiran satu tahun yang lalu. Apa iya.. aku bertanya tentang orang yang sama...

Kalau iya, berarti selama satu tahun ini, tidak ada perubahan padanya....

Atau,

Kalaupun toh aku bertanya tentang orang yang berbeda, maka berarti temanku yang q tanyakan itu..kini kondisinya sudah seperti salah seorang temanku, yang sudah jauh dan meninggalkan jalan indah dakwah ini. Satu tahun yang lalu.

Dan pikiran-pikiran tentang itu membuatku semakin tak bisa melepaskannya.

Dan tak pernah ingin melepasnya.

Teruntuk saudariku di sana, tahukah kau, doaku selalu. Selalu untukmu. Bahwa kita bisa bergandengan erat, dengan senyum pasti, meniti jalan cinta ini....

Karena aku berperasaan kuat. Bahwa kau calon orang hebat. Kau hebat kawan! Kau istimewa. Dan karenanya.. aku tidak akan pernah mengalah pada setan dunia. Apa saja, apa yang bisa. Akan kulakukan, untuk terus mengajakmu, meniti jalan cahaya ini.

–Rumah cahaya 17/12/2010-

It's called a TEAM...!

Menjadi koordinator dalam sebuah kegiatan psikososial bukan suatu hal yang mudah tapi gak susah2 banget juga. Di situ aku bener2 belajar yang namanya ‘membaca orang’ dan ‘memfasilitasi tim’.

Dan tentu saja, belajar menjadi orang yang selalu update dengan hape.

Wuh, ini yang paling susah!-.-“

Mengingat track record saya yang suka ‘meninggalkan hape di sembarang tempat’ membuat saya sedikit kesulitan untuk cepat bales sms apalagi angkat telp.

Dan mungkin itu alasan yang tepat bagi mereka untuk melempari saya dengan uang (baca: sendal)!haha. seribu maaf dah!

Nah, balik lagi ke tim. Hal yang harus kita yakini saat berada dalam tim, atau membentuk sebuah tim yaitu menerima kesempurnaan individu dengan lapang hati. Bukankah manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah? Jadi positive thingking lah dulu pada anggota tim kita. Tim ada bukan untuk memaksa seseorang berbuat seperti yang dimaui salah satu pihak. Bukan karena paksaan supaya berbuat lebih, atau malah dituntut dan lain2.

Apalagi sebuah tim relawan, mereka ada karena keinginan masing2. Kerelaan tiap individu, dan itu patut dan harus dihargai. Kesamaan kerelaan itu setidaknya memberi sebuah ikatan kebersamaan dalam sebuah tim. Maka jangan sampai kita merusak sisi natural sebuah tim relawan dengan paksaan ini dan itu. Dengan doktrin kegiatan ini dan itu. Kalau lah saya menjadi seorang koordinator, maka tidak seharusnya saya mencekoki mereka dengan program yang saya pikirkan. Berdayakan makhluk sempurna itu. Mereka punya otak. Mereka berpikir, mereka merasa. Jadi berdayakan mereka, atau kalau mau ambil istilah psikologi yaitu ‘empowerment’. Penguatan satu sama lain. Ini lebih humanis.

Heu. Tapi menjadi seorang yang diktator adalah godaan besar dalam sebuah koordinasi tim. Ego saling muncul tenggelam untuk memenuhi kebutuhan id akan eksistensi. Dan gara2 satu kata itu, ‘eksistensi’ bisa menghancurkan sebuah tim. Bisa terjadi jika tidak ada upaya empowerment eksistensi semua anggotanya.

Maka.

Menjadi eksis dan tampil menurut saya bukan lah suatu keharusan dalam sebuah amal jama’i. Yang paling penting itu kebersamaannya menurut saya. Penguatan satu sama lain. Kalo mo eksis sendiri lalu buat apa sebuah tim ada.

Ada jabatan2 yang memang menuntut seseorang tidak menjadi eksis secara ‘publikasi’ sehingga kerja2 nya tersembunyi.

Ada yang memang selalu tampil dan ‘terpublikasi’ oleh mass media. Kebanyakan milih peranan yang kedua (kalo saya lihat2 sepanjang sejarah organisasi yang sering saya ikuti sih). Hal2 sepele kayak jadi sie acara adalah salah satunya. It seems like sie acara adalah yang paling tinggi gradenya dibanding sie2 lain. Yah begitu pendapat temen2 saya tiap ngomentarin orang lain yang jadi seksi acara. Kata mereka:”pasti orang penting deh”. Miris deh hati ini mendengarnya.

(bersambung..=.=)

Sabtu, 11 Desember 2010

CV UNTUK ALLAH

Adalah kaget ketika pikiran itu terlintas dibenakku. Tiba2 jantungku berdebar lebih keras mengingatnya. Betul.. kupandangi lembaran2 itu, penuh terisi. Mulai dari prestasi, penelitian, organisaisi, seminar, karya tulis, pengabdian..heran sendiri melihat kolom2 itu sudah penuh. Tapi bukan formulir pendaftaran mawapres ini yang membuatku kaget, dan membuat jantungku berdebar lebih keras. Tapi karena aku ingat, lalu... akan seperti apa CV yang akan ku berikan pada-Nya....akan kah penuh terisi seperti ini, ataukah justru aku bingung apa yang harus ditulis. 

Seandainya kolom penelitian diganti hafalan Al-Qur’an... bisakah tertulis 30 juz disana...Andaikan kolom penyaji materi diganti menjadi dakwah, bisakah tertulis penuh disana.. Andaikan kolom menjadi pantia adalah kolom amalan sunnah.. apakah aku benar2 totalitas dalam melakukannya????????????????????????

Lagi2...

Kita mudah dibuai perkara dunia ini. Lagi-lagi.

Selasa, 07 Desember 2010

MELEPAS MAKNA

Melepaskan makna diri kita.

Kita bermakna ratusan kawan. Aku diri, aku sosial.

Kita bermakna ribuan... aku sahabat, aku mahasiswa, aku dosen, aku pejabat. Kita bermakna banyak kawan, dan karenanya kita sering lupa. Apa makna hakiki kita yang sesungguhnya!

Banyak yang saking banyaknya punya makna, justru jadi bingung siapa sesungguhnya dia. Gara-gara terikat makna kita jadi tidak bisa bersikap seperti fitrah kita. Fitrah kebaikan kita.

Tak sedikit orang yang merasa dilecehkan karena tidak bisa bebas dari makna yang menempel pada dirinya. Banyak yang punya masalah, gara2 ego nya tidak bisa mengalah pada makna.

Tidak sedikit orang yang harus takluk pada rezim gara2 tidak sanggup melepas makna!

Melepas makna menjadikan kita tawadhu... dan selalu merunduk layaknya padi yang sudah menguning.

Mari belajar pada Rosulullah manakala beliau ditegur Allah akibat tak menghiraukan Abdullah bin Ummi Maktum. Beliau akhirnya melepaskan makna ‘pemimpin kaum Quraisy’ pada petinggi2 kaum kafir Quraisy yang sedang diajak mengenal Islam kala itu. Beliau sadar.. tetap saja, Abdullah bin Ummi Maktum adalah sama2 manusia yang punya hak sama untuk bertanya, dimana saja, tidak lantas menjadi di bawah karena bukan seorang petinggi negara. Tidak lantas menjadi prioritas kedua karena dia orang biasa. Ya.. Rasulullah bersikap adil pada siapa saja. Tidak pilih2.

Atau meniru Ustadz Rahmat Abdullah.... yang tetap jalan kaki... lantas naik angkot ke gedung DPR manakala beliau duduk di panggung wakil rakyat itu. Yang mau2 saja pergi naik angkot saat harus menjadi pembicara di tingkat nasional karena tak ada yang bisa menjemput.

Atau pada orang-orang hebat lain..

Begitu lah seharusnya kita bisa. Banyak sekali orang merasa harusnya diperlakukan seperti ini, seperti itu.. karena makna yang melekat pada dirinya. Karena ia dosen lantas harus diantar jemput oleh mobil. Karena ia pejabat maka tidak mungkin naik angkot. Karena ulama maka harus diciumi tangannya, karena mahasiswa maka bebas berkoar-koar sesukanya! Karena aktivis lantas merasa yang pasif itu apatis..! Hey.. mudah sekali kita menilai orang dari makna2 luarnya. Mudah sekali kita merasa pantas dan layak diperlakukan lebih akibat makna yang terus2an kita perjuangkan.

Aneh.

Kita ya kita. Makhluk Allah dengan segala kekurangan-kelebihan-kesempurnaan ciptaan-Nya. Lantas mengapa kita tidak bisa merasa SAMA untuk beberapa kali saja. Kita sama2 makhluk-Nya. Derajat kita sama dihadapan-Nya. Taqwalah yang membuat beda. Itu saja cukup menjadi alasan kita untuk tidak merasa serba lebih pantas.

Mari belajar melepas makna sekejap saja. Atau untuk waktu yang lama

Sabtu, 20 November 2010

Impian duniawi =.='

Duniawi karena ini emang duniawi banget cita2nya. Saya pengeeennn banget punya barang2 ini, meski ada yang mungkin dipunya. n ada yang kayaknya nggak akan mungkin saya beli mengingat harga nya yang sangat.. asoyyy. So, here the things:

1. Polygon Urbano 20"
(IDR 2.675.000) --->hedeuh.. nabung2.. :(















2. Hasselblad H3DII-50


Kamera digital seri ini punya megapixel terbesar hingga 50 megapixel! Wow. Sekedar untuk informasi bahwa harga DSLR ini belum diketahui.. tapi buat perbandingan aja bahwa DSLR yang 39 megapixels aja IDR 450.000.000/ unit. PER UNIT SODARA2..! BUKAN LUSIN. hiks.hiks. Betapa..... murahnya (PLAK..!). Jadi bisa dibayangkan berapa harga DSLR yang satu ini.
Much more expensive for sure.
(khusus utk yang satu ini, 100% I believe that I will never buy it. Kecuali ada yang mau sedekah sama saya. -.-')


Yaya. kalo pengen sih pasti banyak ya. Hoh. Dasar manusia. Tapi ada yang lebih saya inginkan dari itu semua. Yaitu.....:

3. Tafsir Ibnu Katsir
IDR 1.500.000/ set
eh, tapi agaknya impian yang satu ini bukan tergolong duniawi. Yaya. Smoga yang satu ini bisa segera di koleksi. Dan di baca tentunya!

BELAJAR BERSYUKUR

Akhirnya perjuangan kami terhenti di petang itu.
Dengan akhir yang.....DILEMATIS. Aku berusaha menyabarkan kedua anggota tim yang lain.

"tetep khusnudzan sama Allah guys.."

padahal aku sendiri masih guondoookkkk... habis2an gara2 'keanehan' yang terjadi.
Sepintas, ketika aku berhasil melirik skor nya..
Skor kami cuma beda.. 0.003

dan kami merasa di atas angin sebenarnya.
tapi Allah punya skenario lain.

We've tried the best, n the rest is YOURS.
Jadilah sore itu kami berusaha menata hati agar tidak melulu dongkol.
Lah.. bahkan dewan juri meminta adanya pertandingan ulang akibat tdk bisa menentukan siapa pemenangnya..

dan meminta pertandingan ulang pada panitia.

Dan tidak terjadi.
Dan akhirnya sertifikat kami cukup sampai predikat 'semifinalist'

dan kami tetap bersyukur.

dan ini bentuk rasa syukur kami -.-:

(dita-aku-devi 'try to smile, hehe')





























bersama temen2 dari UKSW ..^^

(sayang blitz nya lupa dinyalain jadi terang benderang gini deh...)

ESCAPEE^^

Bisa keluar dari jogja di waktu yang 'GENTING' seperti saat2 ini adalah hal yang LUAR BIASA bagi saya. Mengingat dan menimbang (halah) adalah sebuah anugerah saya bisa rehat sejenak dari yang namanya 'JOGJAKARTA' maka kesempatan beberapa hari di sini nggak akan saya sia-siakan

Tiba-tiba saya ingin terus di sini. dimana saja. asal nggak di JOGJAKARTA.

Ah. Kota itu bikin rasa saya jadi campur aduk nggak karuan.

FREEDOM.INDEPENDENT.
Ah..., kapan terakhir kali saya beridealisme seperti itu.

KAngennnn sama diri saya yang dulu. Yang nggak 'terkotak' sama jabatan ataupun posisi.

Tapi, saya terpana oleh sebaris paragraf di bukunya Putu Wijaya yang terbaru yang berjudul "KLOP". Begini isinya:

"Merdeka, apa kamu kira merdeka itu nikmat? Apa kamu kira merdeka itu bebas dari segala kesialan? Apa kamu kira merdeka itu berarti kamu akan mendadak kaya dan bahagia? Kamu memang goblok!

MERDEKA ITU ADALAH BEBAN.
Selangit beban di atas pundakmu sendirian. Merdeka itu adalah penderitaan. Mereka adalah sejuta kesengsaraan yang tidak ada putus-putusnya. Merdeka berarti kamu jalan sendirian, kamu tidak punya tuan dan majikan yang akan menolong jika kamu celaka. merdeka itu berarti kamu harus menghadapi keperihan, kesengsaraan, dan nasib buruk itu sendiri. Merdeka itu sakit. sakit yang maha besar. Tapi kamu harus bangga karena kamu terpilih untuk memikulnya.

"BERARTI KAMU DIANGGAP MAMPU. Kamu masih dipercaya. Kalau kamu masih dipercaya berarti kamu masih diperhitungkan. KALAU KAMU MASIH DIBERI KESENGSARAAN BERARTI KAMU MASIH HIDUP. KAMU BELUM JADI MAYAT, BELUM JADI ROBOT. BELUM MATI SEPERTI YANG LAIN. GOBLOK KALAU KAMU MAU BERHENTI MERDEKA.."
Dan saya sedikit tercekat.
Berpikir kembali tentang hari-hari yang sudah saya lalui beberapa tahun terakhir.

dan terus berpikir apa makna merdeka yang tepat?

Atau jalani saja. dan tak perlu pikirkan maknanya?
yah.
--------------------------"MAP IS NOT THE TERRITORY"----------------------------

Yah. hadapi. dan ikuti irama perjalanan hidup ini.Lalu temukan!!




Jumat, 19 November 2010

kita dan nasihat

Ada sebuah sms begini:
"Salahkah kita jika berusaha menjauhi teman kita.. karena sering meminta nasihat pada kita. Kita hanya takut terlalu sering mengkritiknya, menasihatinya, bisa bikin kita lupa pada perbaikan diri sendiri.."

Ah. dan saya dapat jawaban malam tadi, di atas travel menuju ke surabaya. dari seorang mbak, yang selalu.... sukses mencerahkan hidup saya!
jazakillah amaahhh....

ups.
ini jawabannya:

"Setiap muslim punya hak untuk meminta nasihat kpd saudaranya. Smoga husni mendapat rahmat dan pertolonganNya utk dapat mengumpulkan kebaikan dari setiap muslim..."

dan saya........merasa menjadi orang tersia-sia pernah berpikiran untuk menjauhi seorang teman gara-gara hal ini.

mari.. kita temukan mutiara di setiap masalah saudara kita...
HAMASAH..!!!!

Rabu, 13 Oktober 2010

alwaiiissss LOVE YOu

Pernahkah kamu merasa pengen banget kembali ke masa kanak2??

Pernah, sering malah kalo saya.

Menjadi dewasa membuat kita berubah. Pola pikir, idealisme, perasaan, hati, sikap.. atau bahkan kepribadian kita mungkin berubah seiring dengan prinsip hidup kita. Terlebih ketika kita sudah berumah tangga, idealisme isteri atau suami pasti mempengaruhi keputusan dalam hidup kita.. Ya... dewasa merubah segalanya. Sebal rasanya jika kata ‘dewasa’ kita rangkaikan dengan kepolosan masa dulu, seakan-akan ia racun yang tak ada ampun.

Terutama bagi kata itu –kebeningan hati- Bagaimanapun, anak2 adalah cahaya yang tak ada habisnya. Bening, bersih, suci.. lihat pijar mata dan senyum mereka.. indah bukan, jujur bukan.... dan seakan-akan ‘dewasa’ menjadi kambing hitam atas segala kecarutmarutan di kehidupan kita kini, masa dewasa.

Padahal tidak begitu. Dewasa sejatinya... bijaksana. Dan orang yang bijaksana.. mau menoleh ke masa lalu. Belajar pada waktu. Dan menelisik lembar demi lembar masa lalu. Sejarah mengajarkan kita segalanya! Menolehlah kak.. meski sejenak.

Kak..?

Ya.. postingan ini khusus ku tujukan untuk kakak2ku yang sudah tersebar di negeri zamrud kathulistiwa ini, jawa, sumatera, bali... ah.. dan satu kota tempat kita pernah bersama. Jogja.

Ya, di Jogjakarta. Kota indah tiada tara, lampu malamnya, angkringannya, taman kotanya, malioboronya, masjid2 nya, kali nya, bis kotanya, becaknya, sepeda ontel nya, budayanya, alam nya....tapi satu saja yang membuat kota ini sangat indah. Bersama-sama dengan mereka- keluarga.

Being the last child, bikin aku belajar banyaakk sekali dari mas2 dan mbak ku. Bahkan hingga mereka berumah tangga. Dan bolehkah aku sedikit ‘sok tau’ bila ku ktakan.. bahwa, mungkin aku yang paling merasa.. bila muncul perubahan pada diri mereka?

Dan itu karena dewasa.

Aku tiba2 hanya sangat rindu pada rasa memiliki itu. Rasa cinta pada keluarga. Masihkah ada mas..? mbak..? Mari ku ajak menilik cerita indah masa silam kita... semoga kita menjadi dewasa seutuhnya..

Mb Yosi

Kakak sulung yang mandiri dan tahan banting tiada tara. Kata mama, pas masa sulit dulu (waktu masi awal2 di jogja, hidup di rumah petak empat dan serba guna J) mba yosi jadi ibu rumah tangga kedua. Kalo mama ke warung, mba yosi yang ngurusin adik2nya.. gak tanggung2 men... 5 orang! Makan, sekolah, bersih2 rumah.. semua beres sama mbak ku ini. Subhanallah... Mbak ku ini kadang2 melooo sekali, kadang tegas galak gak karuan, maklum, anak pertama. Tapi yang pasti mba yosi itu... pinter rajin tak terkira. Masa SMA selalu jadi juara, kuliah pun lulus dengna nilai indahnya. Yakin deh mbak, buat aku mba yosi selalu jadi juara.. parameter juara tidak harus selalu dengan harta, jabatan , kekayaan, dan sebangsanya.. bukan kah begitu kawan? Dan bagiku mba yosi adalah jawara abadi di keluarga kami, baktinya ga ada yang nandingin. Setuju? Yayaya. J

Terkadang saat capek dan terkapar di pondok, aku kangennn banget pengen pulang ke rumah bertingkat dua itu. Di kamar lantai dua deket tangga. Mba yosi sselalu, tiap malam, sebelum tidur, mijit2 in punggung ku, atau nggarukin (?), atau ngusap2, bercerita..apa saja lah.. sampe aku ngiler (baca: tidur nyenyak). Kadang aku pura2 tidur, n ngintip... olala.. ternyata lampunya dinyalain lagi...terus beliau lanjut membaca buku accountingnya...^^

Jamannya saya SD, beliau yang wira wiri jadi ojek gratisan kami (aku ma mas arif). Dan selalu setia mengabsen : dasi, topi, baju olahraga, buku gambar, PR..??? udah dibawa semua??? Dan kami biasa nya melengos n langsung jawab.. udaaaaahhh. Dan tahu kah kawan? Bisa ditebak, beberapa jam kemudian ada yang mengantarkan sesuatu ke dalam kelasku. Husni fithri! Ini ada titipan dari kakaknya, buku gambarnya ketinggalan... Olala. Lagi2.. teledor.

Waktu melahirkan anak pertamanya, sekaligus cucu pertama di keluarga kami.. aku deg2 an setengah mati. Ngelihat betapa tersiksanya mbak ku sebelum melahirkan bikin aku solat (entah solat apa, pokoknya pengen solat) terus habis itu nangis panjang, mpe rukuhnya kena ingus, hah.. tumpah ruah semua. Dan begitu ican lahir....huaaaaaa... harunya luar biasa. Rumah kami jadi ramai dan penuh warna.. tiap detik ku tungguin tu ponakan.. pas bobo, pipis, pup, makan, minum asi, mandi...gya... bahagia sekali. Dan waktu mbak ku pindah ke tangerang dan membawa serta ponakan tercinta, nangisnya berhari-hari.. ternyata aku mbakat melo ya.

Mas Doni

Kakak saya yang nomer dua ini... mnurutku ‘sempat’ mirip Indra L Brugman pas SMA, cuman kesininya saya musti meralat pendapat ini karena sepertinya.. salah TOTAL. Hahaha.

Mas dan mbak saya punya caranya sendiri2 untuk menunjukkan rasa sayangnya. Dan mas ku yang satu ini paling nggak bisa untuk bilang tidakk pada adiknya yang manis ini.. hehe. Beliau itu baiknya n perhatiannya minta ampuunnn. Ini terbukti selama ma dan pa naik haji pas saya SMP, hidup makan dan jiwa saya ditanggung sepenuhnya oleh kakakku ini, karena pas itu Cuma mas doni yang ada di jogja. Then.. what happen? Hidup makan dan jiwa saya sejahtera terussssss... Ms doni ‘ringan tangan’ banget ngasi kita uang saat perlu ini itu (asal jelas yaaa). Misalnya jajan makanan apa gitu, beli buku, maen kemanaa kek kalo sama mas doni cepet banget ACC nya... soalnya beda banget kalo minta uang sama ma atau pa itu. Interogasinya bikin saya males duluan minta uangnya.. mending ga jadi aja deh. J

Selama itu pokoknya stok makanan kita penuh terus, kalo ada mas doni pokoknya makmur dah..! Mungkin supaya kita nggak sedih ya selama ditinggal ma dan pa. Hmm.. kangen jadinya.

Yang unik antara aku dan kakakku yang satu ini yaitu hari kelahiran kami yang berurutan. Saya tanggal 6 april, while beliau tanggal 7. Cuman berhubung di keluarga saya ga pernah ada tradisi selamat-menyelamati hari lahir jadi pas dulu saya masih kecil, hari2 semacam ini dianngap lalu saja oleh orang serumah. Tapi berhubung pergaulan saya ini tambah luas waktu remaja (gyahaha), dan karena ga ada yang salah dengan menmbahagiakan saudara kita yang milad, maka saya menghidupkan tradisi mengucapkan selamat itu di keluarga saya. Dengan cara.... menodong mas doni tiap ultah. Hehey. Mas doni nggak pernah inget ulang tahunnya, apalagi ulang tahun saya.

Jadi mustiiii aku terus yang ngingetin kalo beliau ultah.. dan baru deh aku ingetin kalo sehari sebelumnya aku yang milad, jadi.....

Mana kadonyaaaaa?? Haha. Dan entah apapun yang ia beri, cara itu selalu berhasil untuk mengocek saku mas doni.

Kan sudah ku bilang, beliau itu’ringan tangan’ kalo soal beri memberi. Maka jika ada yang butuh uang, segera hubungin nomer ini: 08934889000.

Dijamin,, nggak nyambung!

Hyaha. PLAK~!

Mas Auli

Buat para akhwat, mas ku yang satu ini tipe idaman para wanita,g yaahhhaaa..(agak nggak ikhlas ni ngetiknya^^). Mas auli itu pinter banget nempatin diri (baca: menipu publik).

Nek lagi maen, hura-hura, wuih..pakaian nya nggak tanggung2. Jaket n celana jeans belel, sobek2, rambut gondrong, sendal jepit, kaos oblong.. hmmm. Ga ada rapih2nya. Tapi nek lagi ke masjid.... wuihhh, dah kayak orang pulang naik haji aja!

Baju koko wangi, sarung congklang plus sisiran rapih, ditambah pecis yang terpasang anggun di kepala..ditambah lagi janggut yang gelantungan di dagu. Wes, dah mirip banget sama ikhwan2 yang kerjanya nongkrong di masjid. Apalagi kakakku ini tergolong memiliki wajah yang ‘lumayan’ PADAHAL..PADAHAL..u know what. Begitulah singkat cerita akhirnya banyak wanita yang kena pesona maut nya. Wakakakak.

Eits, tapi jangan sangka kalo kakakku itu cuman dandan doank yang alim! Gitu2 beliau adalah direktur Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), jadi ga cuman dandan doank yang kayak ustadz, tapi belaiu beneran ustadz. Insya Allah semoga tetap begitu. J

Mas Auli menurut saya orang yang punya karakter kuat, tegas dan keras (terutama pada diri sendiri). Aku sama mas arif paling males kalo minta diajarin PR sama mas Auli, soalnya...... pasti kita nangis gara2 diece habis2an. Apalagi kalo pelajaran matematika. Komentarnya mesti gini:”ya ampunnnn, jaman mas auli SD nih ye, ngerjain kayak gini gak sampe 5 menit.. ni udah setengah jam diajarin gak dong2 juga!!!!” Sungguh, benar2 pembunuhan mentalitas. T.T

Entah kami yang terlalu cerdas atau mas auli yang galak, pokoknya kami gak mudeng2 kalo diajarin PR sama mas auli. Yang ada diakhiri dengan isak tangis kami gara2 di ece gitu..”ya ampuuuun, kalo mas auli dulu ni...kayak gini nemu sendiri rumusnya, bisa ngerjain sendiriiii....” dan ocehan selanjutnya ^^

Biasanya mba yosi datang sebagai penyelamat kami..”wes, rasah diece terus adine, sini blajar sama mba yosi aja...”. dan tanpa disuruh 2 kali kami berdua segera beringsut lari dari kamarnya mas auli. Hahaha. Beneran deh, beliau bukannya ngece beneran, tapi itu tuh.. tgas banget, dan mungkin karena beliau tergolong orang yang cepet belajar, makanya sebel kalo ngajarin orang yang ‘lama’ belajarnya.. haha.

Beliau sayang banget sama adik2nya.. (bener gak sih?he). Dulu pas masa belum nikah, masih mebujang di Padang sana, tiap pulang ke Jogja... kita sering banget dibawain oleh2.. jilbab, baju, dan sebagainya.. Rasanya beda kalo dikasi barang sama dikasi uang.. rasanya... lebih membekas gimanaa gitu kalo yang dikasih itu barang.. rasanya,, bakal dijaga terus itu barang nya

masih ada 2 lagiiii...

but (to be continued) ^^

c u then..:)