Jumat, 04 Maret 2011

MENJADI TIDAK TAHU ITU......

Tahukah kawan hal terberat dalam hidup ini menurut saya adalah ketika kita sudah tahu.

Tahu. Dan kita tetap meragu terhadap segala sesuatu.

Tahu . Dan kita tetap bimbang tak mau berjuang.

Tahu. Dan kita tetap diam berharap ada orang lain yang meneyelesaikan.

Pagi itu saya kembali tersadar. Dengan husni di semester 2 yang lagi malu-malunya ikut halaqoh dan belajar mengenakan rok, berhenti pake jeans, snikers, dan jamper favoritnya. Dengan husni yang di semester 3 yang suka ke Ihya dan liat2 jilbab besar dan macam2 deker, dan hunting baju yang agak panjang. Dengan husni yang di semester 4 yang malu setengah mati untuk pake gamis ke kampus, dan akhirnya terlaksana meski dapat komentar dari mana-manaJ. Tentang husni semester 5 yang penuh dengan semangat dan heroik hidup di sebuah desa di pelosok Minang, mandi di kali, buang air di kali, belajar di tengah sawah...ahh indaaah sekali. Tentang husni di semester 6 yang tergila-gila pada Al-Qur’an...

Kilasan-kilasan memori itu...buat saya terenyuh. Betapa semua ini, kondisi sekarang ini...tidak terjadi dengan instan. Ada proses pahit, senang, yang sangaat panjang..dan akhirnya membawa saya pada fase ini, pada pemahaman ini. Ada gejolak, dilema dan banyak pertentangan batin lain yang akhirnya membuat saya memilih ini dibanding segalanya.

Dan apakah setelah sedikit ‘tahu’ saya justru berpaling. Dan setelah sedikit ‘tahu’ saya justru melanggar. Dan setelah sedikit ‘tahu’ saya justru beralasan. Dan setelah sedikit ‘tahu’ saya justru bermalas-malasan.

Terkadang menjadi sedikit ‘tahu’ membuat orang-orang lalai dan seakan-akan benar-benar sudah ‘tahu’. Kadang terlalu sering berwacana buat kita merasa sudah beraksi nyata. Padahal itu semua fatamorgana. Tidak terjadi apa-apa. Yang ada hanya wacana tanpa realita.

Saya jadi teringat kisah seorang imam yang baru memulai belajar disaat usianya di atas 50 tahun. Ia tidak benar-benar baru mulai belajar. Ia sudah belajar ini itu, banyak sekalii..tapi yang ‘banyak’ itu justru tidak membekas pada dirinya. Ia mulai tersadar saat hari itu tiba, saat dimana sebuah batu pecah akibat tetesan air yang terus menerus menetes dan melubangi batu itu. Ia amati batu itu, sedari masih bulat. Tes..tes.. dan tetesan air yang kecil-kecil...akan tetapi teratur itu mulai melubangi satu sisi batu itu... Tes.. tes... dan dari tetesan air yang kecil-kecil akan tetapi terus menerus itu membuat lubang yang lebih besar lagi.. tes..tes.. dan tetesan air yang kecil-kecil itu berhasil memecahkan sebuah batu. Bletak!!!

Terpecah. Benar2 pecah. Dan sang Imam begitu terkesima melihatnya. Bagaimana bisa...hanya tetesan air saja..sedikit2..kecil...bisa membuatnya terpecah...

Dan kisah itu menjadi titik balik sang Imam, bahwa yang sedikit2...akan tetapi teratur dan terus menerus pun akan bisa menghasilkan sesuatu.

Dan saya jadi sadar... untuk menilik kembali lembaran2 hidup saya baru2 ini, yang ga fokus, yang terlalu rakus, yang terlalu tinggi...sehingga saya lupa pada esensi untuk harus memahami.MEMAHAMI. tidak sekedar melakukan. Memahami sehingga kita bisa memberi makna padanya. Sehingga yang saya lakukan ada segi manfaat bagi orang di sekitar kita.

Dan saya sangat kangen pada masa-masa ‘sedikit-sedikit tapi teratur’ dulu. Masa-masa awal mengenal tarbiyah.. dan benar2 mencintainya. Pada masa saat saya ‘sedikit-sedkit tapi terus menerus’....

Dan menjadi tidaktahu akan memberi kita berjuta ilmu. Hadapkanlah diri kita menjadi 'orang yang tidak tahu' saat bertemu orang, mendengar cerita seseorang.

Semoga ilmu yang kita cari, bisa benar2 beri arti dan hikmah dalam kehidupan ini. Tidak sekedar sebuah teori dan wacana sang pemimpi.

God. Thanks for reminding me to those moments. Thanks for always loving me with Your extraordinary way...Thanks for always pulling me from the dark.

ALLAH........ijinkan aku sebenar-benarnya mencintaiMu....

-kamar baru, semangat baru-

*wahai yang disana, terimakasih telah mengenalkanku pada jalan ini, jazakillah amah............*

Tidak ada komentar: